Bunga Mawar di Atas Ayunan
Krasak-krusuk
aku di pagi hari. Tiba-tiba Emak ku manggil. “Amaira, bangun nak, sudah pagi.
Kamu gak sekolah?” kata emakku. Iya Emak, aku lagi beres-beres tempat tidur ku
dulu. Cepetan! Bapakmu sudah nunggu kamu dari tadi. Aku berlari keluar dari
kamarku. “Kamu ini, bangun telat, penampilan kesekolah kagak rapi. Mau jadi apa
kamu nantinya. Anak perempuan berantakkan kayak gini”. Hmmm, mak, mak. Aku
berangkat sekolah dulu ya, ntar aja ceramahnya. Dah emak. Begitulah kebiasaan
ku setiap pagi. Dengar omelan dari emakku. Bikin kepala ku pusing dengar
cerotehan emak.
Aku
berangkat menuju sekolah sama bapak. Sesampai di sekolah, aku malah telat.
Gerbang sekolah sudah dikunci. “Aduuuuhhh, lagi-lagi aku telat. Padahal udah
bangun pagi” ujarku dalam hati.
“Pak,
pak, pak satpam. Boleh masuk gak? Aku udah datang pagi lo”.
“Pak satpamnya ngoceh, “Apa? Masuk? Kamu
mau masuk? Udah jam berapa ini Amaira? Saya gak izinin kamu masuk. Pulang aja.
Dasar ratu telat.”
“Tapi pak. Aku kan udah bangun pagi.
Kenapa gak boleh masuk, biasanya kan aku datang jam 10.00 pak, sekarang kan
lebih cepat, udah bisa datang jam 09.00.”
“Kamu pikir ini sekolah nenek moyangmu?
Bisa datang kapan saja. Ini sekolah. Punya aturan yang harus ditaati. Udah
pulang sana.
Aku
memutar badanku menuju kantin dibelakang sekolah. Disana aku memesan makanan
dan minuman karena tadi pagi tidak sarapan. Suasana seperti ini yang sering aku
lalui. Datang telat, diusir satpam, dan makan di kantin belakang sekolah. Terkadang
aku merasa aku kagak usah sekolah kalau setiap hari kayak gini. Buang-buang
uang orang tua ku aja. Tapi, aku masih memikirkan cita-citaku jadi dokter dan
membanggakan kedua orang tuaku terutama emakku. Makanan dan minuman yang aku
pesan tadi datang. Ibu kantin bertanya kepadaku.
“Amaira, kamu setiap pagi langganan di
warung ibuk mulu? Kamu kagak sekolah? Atau kamu bolos? Ntar ibuk bilang gurumu
lo, ujar ibuk kantin langgananku”.
“Iya
buk, aku sekolah kok. Tapi, aku datangnya telat mulu. Kemaren-kemaren jam
10.00, eh, sekarang udah datang jam 09.00 tetap aja di usir sama satpam. Satpam
sekolah resek buk”.
“Bukan
satpam sekolah yang resek Amaira, tapi kamu tu yang tidak menaati peraturan
sekolah. Mau jadi apa kamu nanti Amaira?
“Mau
jadi dokter buk”.
“Masih
menjawab kamu ya?”
“Hahaha,
maaf buk. Buk aku pamit dulu ya, mau jalan-jalan buat mencapai cita-citaku buk,
siapa tau aja dapat cita-cita yang aku inginkan buk di jalan. Berapa buk?”
Aku
membayar makanan ku tadi dan pergi berjalan ketaman untuk menenangkan
pikiranku. Setiba ditaman, aku melihat bunga mawar merah. Mawar merah paling
indah yang pernah aku lihat, itu akan ku berikan untuk emakku. Sebelum-sebelumnya
aku tidak menyukai yang namanya bunga apalagi mawar. Tapi Emakku suka bunga
mawar merah. Aku anak yang tomboy, mana suka bunga kayak cewek-cewek yang lain.
Tapi, kali ini aku merasa lain. Ada apa dengan ku? Sekarang menyukai bunga? Apa
lagi bunga mawar merah yang ku lihat di taman ini. Aneh.
Aku
pun pergi dari taman itu dan menelusuri jalan. Aku tak tau arah mau kemana.
Pulang, ntar dimarahi Emak gak masuk sekolah. Gak pulang aku gak tau mau kemana
lagi. Diperjalanan ku yang gak karuan ini, aku malah terfikir bunga mawar merah
yang ada ditaman tadi. Menurutku bunga mawar merah yang ada ditaman tadi indah
sekali. Malah lebih indah dibadingkan bunga-bunga yang pernah ku temui selama
ini. Seperti kata Emakku dulu, dia hanya ingin setangkai bunga mawar ketika
hari ulang tahunnya. Tapi masa bodoh. Ngapain juga aku harus mikirin bunga
mawar merah di taman tadi.
Sudah
2 jam aku berjalan. Sekarang sudah menunjukkan pukul 12.30. Terik matahari
serasa membuat kepala ku pecah. Aku singgah diwarung pinggiran untuk
beristirahat.
“Buk, minumannya satu buk”.
“Iya nak, mau minuman apa?”
“Teh botol saja buk”.
Aku
menikmati suasana dipinggir jalan siang itu. Tiba-tiba langit mendung. Aku
masih tetap duduk diwarung pinggira jalan itu. Sambil menikmati minuman, aku
kembali terfikir dengan bunga mawar merah yang di taman tadi. Sampai akhirnya aku
bertanya dengan ibuk penjual minuman ini.
“Buk, boleh nanya gak?”
“Boleh nak”, ujar ibuk penjual
minuman.
“Gini
buk. Biasanyakan aku gak suka bunga buk, tapi tadi pas aku dari sekolah aku
main ketaman, terus melihat bunga mawar buk. Aku jadi tertarik dengan bunga
itu. Ada apa ya buk dengan bunga mawar itu?
“Mawarnya
warna apa nak?”
“Warna
merah buk. Emang ada apa dengan bunga itu buk? Kenapa ibuk nanya warna bunga
mawarnya? Aku heran dan semakin penasaran.
“Kalau
bunga mawarnya warna merah, biasanya lambang cinta kita pada seseorang, kalau
warnanya putih melambangkan sucinya cinta kita nak” ujar ibuk penjual minuman.
Aku
masih penasaran dengan penjelasan ibu penjual minuman tadi tentang lambang
cinta. Waktu udah menunjukkan pukul 14.00 aku harus pulang kerumah. Aku takut
nanti Emak mencariku. Sekarang sudah waktunya pembelajaran disekolahku usai.
Aku pulang ke rumah tanpa ada wajah bersalah. “Emak, emaaaaakkkk, aku pulang
mak. Mak, tadi aku ke taman lihat bunga mawar merah mak, bunganya indah sekali.
Kata ibu-ibu yang jual minuman mak, bunga mawar merah itu melambangkan cinta
katanya mak. Benar itu mak?” Emakku diam saja dan langsung menuju dapur.
Malam
harinya, Emakku menangis di dalam kamarnya. Aku tidak tau karena apa Emak
menangis. Aku lihat Emakku di sela-sela pintu. Tak lama kemudian Emakku tidur. Diam-diam
aku memasuki kamar Emak dan melihat selebar foto lama Emak dan seorang
laki-laki ternyata itu suami pertama Emakku yang sudah meninggal dunia. Di foto
itu bertuliskan kata-kata “Endang, jaga anak kita, maafkan aku yang
menyusahkanmu dengan penyakitku. Waktuku tak lama lagi, bunga mawar merah dan
selembar foto ini yang dapat ku berikan untukmu. Merahnya kelopak mawar itu,
petanda cintaku takkan pernah mati untukmu meski maut memisakan kita”.
Aku
ikutan menangis ketika membaca kata-kata itu. Aku baru tau, mengapa Emakku
sangat suka dengan bunga mawar merah, ternyata bunga mawar itu menggoreskan
sebuah kisah antara Emak dan almarhum Bapakku. Aku sadar, cintaku pada Emakku
tak pernah dapat dilihat nyata, tapi aku sayang dan cinta emakku. “Bapak,
maafkan Amaira pak, hanya buat Emak marah, sedih dan kecewa. Amaira janji pak,
Amaira akan buat Emak tersenyum bahagia” ujarku dalam hati.
Pagi
di 13 November, hari spesial untuk Emakku. Emak berulang tahun yang ke 52
tahun. Tidak satupun yang dapat aku berikan untuk Emak yang telah membesarkanku
dan menyayangiku. Pagi Minggu, aku membawa Emaku pergi ke taman. Disana banyak
orang yang sedang berolahraga pagi. Emak tersenyum melihat indahnya pagi itu.
“Anakku,
Amaira. Kamu tau, pagi ini adalah pagi yang bersejarah dalam hidup Emak, dan
tempat ini juga tempat yang bersejarah dalam hidup Emak, kamu tau dari mana
tempat ini nak? ujar Emakku.
“Emak,
maafin Amaira udah lancang mak, Amaira tidak bermaksud buat Emak bersedih,
Amaira hanya ingin buat Emak bahagia. Maafin Amaira mak udah sering bolos
sekolah, Amaira belum jadi anak yang berbakti buat Emak dan Almarhum Bapak.
Maafin Amaira mak”.
“Amaira,
kamu berbicara apa? Almarhuma Bapak? Bapakmu masih hidup nak, bapakmu sekarang
di rumah. Bapakmu belum meninggal”.
“Mak,
jangan bohongin Amaira mak, Amaira sudah besar, Amaira juga berhak tau siapa
bapak Amaira sebenarnya. Kemaren malam Amaira liat foto Emak dengan seorang
bapak-bapak. Bapak itu Bapak Amaira kan mak?”.
“Sudah
waktunya kamu tau nak, laki-laki yang di foto itu memang Bapakmu, Bapakmu udah
meninggal dunia ketika kamu masih kecil dan Emak menikah lagi karena amanat
terakhir Bapakmu. Tapi, sudahlah semuanya sudah berlalu. Kamupun sudah mengetahuinya.
Di
taman itu, keharuan tercipta ketika Emak menceritakan semuanya padaku. Tapi aku
tak menyesali semuanya, yang pergi tak lagi kembali, akan ku tatap masa depanku
dengan semangat Almarhum Bapak dan cintaku pada Emak.
Hari
spesial Emak yang telah aku persiapkan di taman ini. Aku tutup mata Emak dan
mengajaknya kesebuah ayunan yang di sana telah ada sebuah mawar merah kesukaan
Emakku dan sebagai cinta ku pada Emak seperti yang dilakukan Almarhum Bapak
dulunya di hari spesial Emak.
“Emak,
Amaira sayang emak, Amaira cinta Emak seperti kata Almarhuma Bapak, kelopak
mawar merah ini melambangkan cinta Bapak kepada Emak begitu juga Amaira sama
Emak. Kelopak mawar merah ini melambangkan begitu dalamnya sayang Amaira sama
Emak meskipun maut memisahkan kita mak. Amaira tidak akan mengecewakan emak.
Makasih Emak, makasih Almarhuma Bapak. I LOVE YOU. Amaira janji tidak akan
mengecewakan Emak lagi.